Gadis-gadis dan rumah tua
Suatu waktu,
hiduplah empat orang gadis di sebuah rumah tua. Mereka hidup bersama sejak
tujuh tahun yang lalu. Orangtua mereka berbeda-beda tapi telah meninggal secara
bersama saat terjadi kecelakaan tragis. Sejak saat itu, mereka memutuskan hidup
bersama dan saling mengasihi. Der yang berumur enam belas tahun dengan sifat
tomboi dan keibuan. Mee yang berumur sama dengan Der, dengan sifat anggun dan
kekanakan. Beth yang baik dan patuh, dengan umur lima belas tahun, serta Ann yang
kekanakan dengan umur setahun di bawah Beth.
Tak
ada yang menarik dari kehidupan mereka. Mereka sama dengan remaja yang lain,
namun memiliki aktifitas yang berbeda. Mereka tak bersekolah melainkan bekerja,
mereka tak makan makanan istimewa melainkan makanan apa adanya, mereka sangat
senang membaca namun jarang membaca karena tak memiliki banyak buku untuk
dibaca.
“Betapa miskin kita walau telah
bekerja dengan giat. Aku bahkan terus mengurus ternak keluarga tuan Peter dua
kali lipat dari yang lain tapi tidak diberi gaji tambahan. Bukankah ini tidak
adil?” Kata Der dengan wajah frustasi kemudian kembali tenang dan melanjutkan
kegiatan memasaknya.
“Aku bahkan lebih parah darimu.
Aku harus mengurus banyak anak cengeng di keluarga tuan King dan terus membacakan
cerita yang itu-itu saja agar mereka tertidur. Setelah itu aku harus
membersihkan seluruh ruangan di rumahnya yang besar dan mendapatkan gaji sama
seperti sebelumnya, tak ada tambahan sepeserpun.” Balas Mee sambil menyulam di
dekat jendela.
“Membersihkan di rumah juga sangat melelahkan, aku bahkan tak
mendapatkan gaji.” Gumam Beth sambil merapikan bantal di sofa.
“Aku bosan juga lelah. Setiap aku
bosan pasti aku akan melakukan sesuatu yang tidak wajar, seperti membongkar
lemari hingga kacau balau, kemudian harus menyusunnya kembali demi rasa sayang
dan hormatku terhadap Beth. Percayalah, itu sangat membuatku lelah.” Kata Ann
dengan sedikit mengkhyal dan kembali menggambar.
Keempat
gadis itu mengeluh. Untuk beberapa menit mereka saling diam. Der akhirnya
membuka suara.
“Makan siang sudah siap! Mari
makan dan selamat menikmati. Setelah itu bergegas mandi untuk menyegarkan
kembali pikiran kita. Tidak seharusnya kita mengeluh seperti ini. Seharusnya,
kita lebih bersyukur dengan keadaan saat ini.” Der menutup kalimatnya dengan
gaya bersedekap dan mirip laki-laki.
“Baiklah” kata Mee, yang lain
mengangguk. “Lagipula mengeluh tidak menghasilkan apapun, lebih baik bersyukur
dan bekerja lebih giat untuk mendapatkan gaji walau tak ada tambahan
seperserpun daripada tidak mendapatkan apa-apa. Dan, oh ayolah Der jangan
bergaya seperti itu, kau seperti laki-laki, sayang. Bersikaplah layaknya wanita sejati.” Lanjut
Mee yang dibalas dengan anggukan dari Der.
Keesokan
harinya, mereka berkumpul saat sore menjelang malam di dekat sofa, sambil
menyulam tanpa Ann.
“Der, Mee, Beth! Kemarilah, ayo
cepat kemari. Cepatlah!” kata Ann dengan berteriak dari arah gudang. Der dan
yang lain segera menuju ke sumber suara.
“Ada apa? Apa yang mengganggu mu,
Ann?” tanya Mee.
“Kau tak akan percaya melihatnya.
Aku baru selesai membongkar lemari dan tiba-tiba lacinya bercahaya, aku
menyentuhnya dan laci berubah seperti cermin. Tiba-tiba ada suara orang yang
bercerita. Itulah mengapa aku memanggil kalian.” Jelas Ann.
“Biar ku lihat,” kata Der. “Wah!
Ini luar biasa, mari duduk dan mendengarkan. Karena kalian takut dan aku yang
paling berani maka aku yang akan memimpin.” Lanjutnya.
“Baiklah laci, berceritalah yang
ingin kau ceritakan!” kata Der lagi.
“Aku bercerita mengenai sejarah,
cerita di masa lalu serta kejadian-kejadian secara detail. Katakan yang ingin
kau dengar maka aku akan menceritakannya!” kata suara dari laci.
“Sejarah rumah tua ini! Setelah
itu kecelakaan tujuh tahun lalu yang menimpa orangtua kami.” Kata Beth dengan
rasa ingin tahu.
Akhirnya,
suara dari laci menceritakan semuanya. Menceritakan tentang rumah tua, tentang
kecelakaan yang menimpa orangtua mereka, tentang hubungan persahabatan orangtua
mereka, dan semua yang ingin mereka tahu.
Setelah
mendengar semuanya, mereka menangis tersedu-sedu. Sejam kemudian, semangat
mereka kembali bangkit.
“ini sangat menegangkan juga
mengharukan, bahkan aku tak menyangkanya. Sekarang, mari kita melanjutkan
kehidupan dengan rasa syukur serta saling mengasihi. Mee kau harus menjadi
wanita yang anggun dengan sifat yang anggun pula. Beth, oh Beth kecil sikapmu
adalah yang paling manis disini, ingatkan kami selalu ya!. Ann, kau harus
tumbuh menjadi gadis yang berpikir lebih dewasa. Kau cukup bertanggung jawab
saat ini, sayang. Dan aku akan berupaya menjadi lebih baik lagi dan terus
menjaga kalian layaknya ibu sebagai perempuan yang lembut, serta ayah yang
tegas dan menyayangi kalian selalu.” Tutur Der, dan semuanya tertawa. Tawa
menggema dimana-mana dan suasana rumah tua lebih ceria dari sebelumnya.
---> ini tugas lintas minat bahasa inggris yang belum di terjemahkan hhahaha
Komentar
Posting Komentar