Laporan Kimia Dasar Lanjut, Hukum Kesetimbangan Kimia Tetapan Kesetimbangan
HALAMAN PENGESEHAN
Laporan
Lengkap Kimia Dasar Lanjut dengan judul “Hukum
Kesetimbangan Kimia Tetapan Kesetimbangan” disusun oleh :
Nama :
Dian Fitrah Ardita R
NIM :
1613040015
Kelompok : VI
(enam)
telah diperiksa dan
dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten, maka dinyatakan diterima.
Makassar, Mei 2017
Koordinator Asisten Asisten


Mengetahui,
Dosen
Penanggung Jawab
Dra.
Hj. Army Auliah, M.Si

A.
JUDUL PERCOBAAN
Hukum Kesetimbangan Kimia Tetapan
Kesetimbangan
B.
TUJUAN PERCOBAAN
Adapun tujuan percobaan ini adalah
mempelajari cara menentukan tetapan kesetimbangan suatu reaksi kimia sederhana.
C.
LANDASAN TEORI
Kesetimbangan
kimia merupakan proses dinamik. Ini dapat diibaratkan dengan gerak pemain ski
di suatu resor ski yang ramai, dalam hal tersebut jumlah pemain ski yang dibawa
ke atas gunung dengan menggunakan lift kursi sama dengan jumlah pemain ski yang
sedang turun berseluncur. Jadi, meskipun perpindahan pemain ski terus terjadi,
jumlah orang yang berada diatas gunung dan jumlah orang yang berada di bawah
gunung tidak berubah. Reaksi kesetimbangan kimia melibatkan zat-zat yang
berbeda antara reaktan dan produknya. Kesetimbangan antara dua fasa dari zat
yang sama dinamakan kesetimbangan fisis karena perubahan yang terjadi hanyalah
proses fisis. Penguapan air dalam wadah tertutup pada suhu tertentu disebut
kesetimbangan fisis (Chang, 2005: 66).
Salah
satu aplikasi terpenting reaksi kimia adalah pada energi yang dihasilkan dalam
bentuk kerja. Contohnya adalah energi yang dihasilkan pada reaksi pembakaran,
digunakan untuk menghasilkan uap agar terjadi kerja mekanik dan sel kering atau
accu yang dapat menghasilkan kerja listrik. Jumlah energi maksimum yang
dibebaskan atau diperlukan oleh suatu proses pada suhu dan tekanan tetap untuk
melibatkan kerja yang berguna disebut energi bebas, ΔG. Jumlah kerja sebenarnya
yang dihasilkan dari proses spontan apapun sebenarnya selalu kurang daripada
jumlah maksimum yang diramalkan dengan ΔG. Hal ini karena proses sesungguhnya
selalu takdapatbalik dan sesuai dengan temodinamika kimia bahwa kerja maksimum
dapat diambil hanya dari perubahan yang benar-benar dapatbalik (Sukarna, 2003:
247).
Kesetimbangan
dalam prosesnya harus diketahui waktu kesetimbangan interaksinya. Contohnya
pada adsorpsi besi(II) dengan selulosa, waktu kesetimbangan interaksi perlu
ditentukan untuk mengetahui terciptanya interaksi optimum kation besi(II) pasa
selulosa hasil pemisahan serbuk kayu hasil pengasaman dan konsentrasi 5%, dalam
proses ini serbuk kayu sebagai kontrol. Terjadinya kesetimbangan dalam contoh
tersebut ditandai dengan tidak adanya perubahan konsentrasi besi(II) pada
permukaan selulosa dan pada serbuk kayu maupun dalam larutan (Azora, dkk. 2013:
55).
Berdasarkan
sistem kesetimbangan, saat reaksi berlangsung maka kemampuan menghasilkan kerja
yang di ukur dengan G akan berkurang sampai akhirnya sistem tidak dapat memasok
tambahan kerja. Ini menunjukkan bahwa reaktan dan hasil reaksi (produk) mempunyai energi bebas yang sama sehingga ΔG
= 0. Harga ΔG untuk suatu perubahan menentukan posisi sistem yang ada dalam
kesetimbangan. Bila ΔG negatif berarti energi sistem berkurang dan dalam hal
ini reaksi berlangsung spontan dan menuju kearah mendekati keadaan
kesetimbangan (Sukarna, 2003: 247).
Kesetimbangan
juga berkaitan dengan kapasitas adsorpsi. Kapasitas adsorpsi dan konstanta
kesetimbangan adsorpsi masing-masing dapat ditentukan dari persamaan slope dan
intersept menggunakan data interaksi ion logam dengan selulosa pada berbagai
konsentrasi ion logam. Energi total adsorpsi per mol dapat dihitung dari harga
konstanta kesetimbangan adsorpsi dengan merujuk pada rumus ΔGº = -RT In K
(Azora, dkk. 2013: 57).
Menurut
Chang (2005: 80-84) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesetimbangan, yaitu:
1.
Perubahan
konsentrasi
Besi(III)
tiosianat mudah larut dalam air dan menghasilkan larutan berwarma merah. Warna
tersebut disebabkan oleh adanya ion terhidrasi FeSCN2+.
Kesetimbangan antara ion-ion FeSCN2+ yang tidak terurai dan Fe3+
dan SCN- dituliskan sebagai berikut:
FeSCN2+
Fe3+
+ SCN-

Saat ditambahkan
sedikit natrium tiosianat ke dalam larutan akan mengakibatkan larutan bertambah
merah tua. Begitupula ketika ditambahkan besi (III) nitrat ke dalam larutan
asal, warna merah akan bertambah tua akibat ion Fe3+ tambahan dari
besi (III) nitrat akan menggeser kesetimbangan dari kanan ke kiri. Percobaan
ini menunjukkan bahwa pada kesetimbangan, semua reaktan dan produk sama
dalam sistem
reaksi. Kedua, peningkatan konsentrasi produk akan menggeser kesetimbangan ke
kiri dan penurunan konsentrasi produk akan menggeser kesetimbangan ke arah
kanan. Hal tersebut sesuai dengan asas Le Chatelier.
2.
Perubahan suhu
Perubahan
konsentrasi, tekanan, atau volume dapat mengubah posisikesetimbangan, tetapi
suhu mengubah nilai konstanta kesetimbangan. Hanya perubahan suhu yang dapat
mengubah konstanta kesetimbangan. Contoh suhu mempengaruhi kesetimbangan adalah
pembentukan CoCl22- yang merupakan proses endotermik,
jika dipanaskan kesetimbangan bergeser ke kiri dan larutan menjadi biru.
Pendinginannya akan menghasilkan reaksi eksotermik dan larutan menjadi merah
muda. Peningkatan suhu akan menghasilkan reaksi endotermik dan penurunan suhu
akan menghasilkan reaksi eksotermik.
3.
Perubahan tekanan
dan volume
Tekanan
dan volume berbanding terbalik. Semakin besar tekanan maka semakin kecil volume
dan begitupula sebaliknya. Konsentrasi gas berdasarkan rumus merupakan
konsentrasi gas dalam mol per liter sehingga konsentrasinya berbanding lurus
dengan tekanan. Pada umumnya peningkatan tekanan dan penurunan volume
menghasilkan reaksi yang menurunkan jumlah total mol gas. Tekanan suatu sistem
dapat diubah tanpa mengubah volumenya.
4.
Pengaruh katalis
Katalis
meningkatkan laju terjadinya reaksi. Untuk reaksi reversibel, katalis
mempengaruhi laju reaksi maju sama besar dengan reaksi balik. Jadi, keberadaan
katalis tidak mengubah konstanta kesetimbangan dan tidak menggeser posisi
sistem kesetimbangan. Penambahan katalis pada campuran reaksi yang tidak berada
pada kesetimbangan akan mempercepat laju reaksi maju dan reaksi balik sehingga
campuran kesetimbangan tercapai lebih cepat. Campuran kesetimbangan yang sama
dapat diperoleh tanpa katalis, tetapi mungkin menunggu lebih lama agar
kesetimbangan terjadi.
Katalis
dalam kesetimbangan dapat mempercepat laju reaksi agar kesetimbangan cepat
tercapai. Katalis adalah suatu substansi yang dapat meningkatkan laju reaksi
untuk mencapai kesetimbangan tanpa ikut bereaksi
secara permanen.
Contoh katalis pada fuel cell hidrogen berfungsi untuk memecah molekul oksigen
(katoda) menjadi atom atau ion oksigen yang bereaksi dengan atom atau ion
hidrogen dari anoda (Darmin, dkk. 2013: 64 dan 66).
Reaksi
kesetimbangan berkaitan erat dengan asas Le Chatelier. Asas Le Chatelier
merupakan suatu aturan umum yang membantu dalam proses memprediksi ke arah mana
reaksi kesetimbangan akan bergeser bila terjadi perubahan konsentrasi, tekanan,
volume, atau suhu. Asas ini menyatakan bahwa jika suatu tekanan eksternal
diberikan kepada suatu sistem yang setimbangan, sistem ini akan menyesuaikan
diri sedemikian rupa untuk mengimbangi sebagian tekanan ini pada saat sistem
mencoba setimbang. Kata tekanan ini berarti perubahan konsentrasi, tekanan,
volume, atau suhu yang menggeser sistem dari keadaan setimbangnya (Chang, 2005:
79-80).
Kesetimbangan
juga memiliki keterkaitan dengan pH. Kemampuan penyerapan suatu adsorben dapat
dipengaruhi oleh pH larutan. Hal ini berhubungan dengan protonasi atau
deprotonasi permukaan sisi aktif dari sorben. pH akan mempengaruhi muatan
permukaan adsorben, derajat ionisasi dan spesi apa saja yang dapat terserap
dalam adsorpsi tersebut. Nilai pH juga dapat mempengaruhi kesetimbangan kimia,
baik pada adsorbat maupun adsorben. Dalam variasi pH ini kemungkinan terjadi
ikatan kimia antara adsorben dengan adsorbat dapat terjadi (Nurhasni, dkk.
2014: 133).
Keadaan kesetimbangan dinamis dengan
uapnya pada cairan merupakan kondisi ketika suatu cairan mengalami penguapan di
tempat yang tertutup maka volumnya akan berkurang dan kemudian pada suatu saat
akan tetap. Tetapnya volum cairan dan tekanan uap diatas cairan menunjukkan
jumlah molekul-molekul cairan yang menguap dan jumlah molekul uap yang kembali
menjadi cairan adalah sama dan pada kecepatan sama. Tekanan yang disebabkan
oleh uap diatas cairan saat kesetimbangan terjadi disebut sebagai tekanan uap
kesetimbangan cairan atau tekanan uap cairan. Nilai tekanan uap cairan suatu
zat tidak dipengaruhi oleh perubahan volum wadah. Perubahan volum wadah hanya
menyebabkan perubahan posisi kesetimbangan dinamis antara cairan dengan uapnya
(Sukarna, 2003: 219).
D.
ALAT DAN BAHAN
1.
Alat
a.
Tabung reaksi kecil 6 buah
b.
Pipet tetes 3
buah
c.
Botol semprot 1
buah
d.
Penggaris 1
buah
e.
Gelas ukur 10 mL 1 buah
f.
Gelas ukur 25 mL 1 buah
g.
Gelas kimia 250 mL 1 buah
h.
Lap kasar 1
buah
i.
Lap halus 1
buah
2.
Bahan
a.
Larutan kalium
tiosianat (KSCN) 0,002
M
b.
Larutan ferinitrat (Fe(NO3)3 0,2 M
c.
Aquades (H2O)
d.
Tissu
e.
Label
E.
PROSEDUR KERJA
1.
Alat dan bahan
disiapkan, lalu alat yang akan digunakan dicuci bersih dan dikeringkan.
2.
Lima tabung reaksi yang
bersih disediakan lalu diberi nomor 1, 2, 3, 4, dan 5. Kelima tabung reaksi
diisi dengan masing-masing 5 mL larutan kalium tiosianat (KSCN) 0,002 M.
3.
5 mL larutan ferinitrat
(Fe(NO3)3 0,2 M
ditambahkan kedalam tabung reaksi 1, tabung tersebut dipergunakan sebagai
tabung standar.
4.
10 mL larutan (Fe(NO3)3 0,2 M diukur lalu ditambahkan aquades
sehingga volumenya menjadi 25 mL. 5 mL dari larutan tersebut diukur dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi ke-dua (Konsentrasi larutan ini dihitung
sebelum masuk praktikum).
5.
10 mL larutan yang
tersisa dari proses pengenceran pertama diukur lalu ditambahkan aquades sampai
volumenya menjadi 25 mL (Konsentrasi larutan ini dihitung sebelum masuk
praktikum). 5 mL dari larutan tersebut diukur dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi ke-tiga.
6.
10 mL larutan yang
tersisa dari proses pengenceran kedua lalu ditambahkan aquades sampai volumenya
menjadi 25 mL (Konsentrasi larutan ini dihitung sebelum masuk praktikum). 5 mL
dari larutan tersebut diukur dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi ke-empat.
7.
10 mL larutan yang
tersisa dari proses pengenceran ketiga lalu ditambahkan aquades sampai
volumenya menjadi 25 mL (Konsentrasi larutan ini dihitung sebelum masuk
praktikum). 5 mL dari larutan tersebut diukur dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi ke-lima (Konsentrasi Fe3+ dan SCN- pada
masing-masing tabung dihitung sebelum masuk praktikum).
8.
Warna larutan tabung
ke-dua dibandingkan dengan tabung standar. Jika warna tidak sama maka larutan
pada tabung standar dikeluarkan setetes demi setetes sehingga kedua tabung
menunjukkan intensitas warna yang sama.
9.
Tinggi larutan dalam
masing-masing tabung diukur sampai ketelitian 1 mm dengan penggaris. Lanjutkan
kegiatan warna larutan tabung 3, 4, dan 5 dibandingkan dengan warna larutan
tabung standar, kemudian tinggi larutan pada masing-masing tabung jika telah
memiliki intesitas warna yang sama diukur dengan penggaris. Hasil percobaan
dicatat dalam hasil pengamatan.
F.
HASIL PENGAMATAN
Tabung
Ke-
|
Tinggi
larutan
(cm)
|
Tinggi
larutan
Standar
(cm)
|
Perbandingan
tinggi larutan dari kedua tabung yang dibandingkan
|
1
|
6
|
6
|
1
|
2
|
6
|
5
|
0,83
|
3
|
6,3
|
4
|
0,63
|
4
|
6
|
2,5
|
0,42
|
5
|
5,9
|
1,9
|
0,32
|
Tabung
Ke-
|
Konsentrasi
awal
|
Konsentrasi
kesetimbangan
|
|||
[Fe3+]
|
[SCN-]
|
[FeSCN2+]
|
[Fe3+]
|
[SCN-]
|
|
1
|
0,2
M
|
0,002
M
|
0,001
M
|
0,199
M
|
0,001
M
|
2
|
0,08
M
|
0,002
M
|
0,00083
M
|
0,079
M
|
0,00117
M
|
3
|
0,032
M
|
0,002
M
|
0,00063
M
|
0,031
M
|
0,00137
M
|
4
|
0,0128
M
|
0,002
M
|
0,00042
M
|
0,012
M
|
0,00158
M
|
5
|
0,00512
M
|
0,002
M
|
0,00032
M
|
0,0048
M
|
0,00168
M
|
Tabung
Ke-
|
[Fe3+]
[SCN-] [FeSCN2+]
|
![]() |
![]() |
1
|
199
× 10-9 M3
|
0,199
M
|
5,025
M-1
|
2
|
76,7
× 10-9 M3
|
0,056
M
|
8,979
M-1
|
3
|
26,7
× 10-9 M3
|
0,0142
M
|
14,834
M-1
|
4
|
7,96
× 10-9 M3
|
0,00318
M
|
22,151
M-1
|
5
|
2,58
× 10-9 M3
|
0,000914
M
|
39,682
M-1
|
G.
ANALISIS DATA
1.
Konsentrasi awal
·
Konsentrasi Fe3+
Fe(NO3)3
Fe3+ + 3NO3-

a)
Tabung 1
M
= 0,2 M
V
= 5 mL
b)
Tabung 2
M1
× V1 = M2 × V2
0,2
M × 10 mL = M2 × 25 mL
M2 = 0,08 M
c)
Tabung 3
M1
× V1 = M2 × V2
0,08
M × 10 mL = M2 × 25 mL
M2 = 0,032 M
d)
Tabung 4
M1
× V1 = M2 × V2
0,032
M × 10 mL = M2 × 25 mL
M2 = 0,0128 M
e)
Tabung 5
M1
× V1 = M2 × V2
0,0128
M × 10 mL = M2 × 25 mL
M2 = 0,00512 M
·
Konsentrasi SCN-
KSCN
K+
+ SCN-

Tabung
1-Tabung 5
M
= 0,002 M
V
= 5 mL
2.
Perbandingan Tinggi
Larutan
Perbandingan
tinggi = 

a)
Tabung 1
Perbandingan
tinggi =

= 1
b)
Tabung 2
Perbandingan
tinggi =

= 0,83
c)
Tabung 3
Perbandingan
tinggi =

= 0,63
d)
Tabung 4
Perbandingan
tinggi =

= 0,42
e)
Tabung 5
Perbandingan
tinggi =

= 0,32
3.
Konsentrasi
Kesetimbangan
a)
Konsentrasi kesetimbangan
FeSCN2+
1)
tabung 1
·
Konsentrasi FeSCN2+
Fe(NO3)3
Fe3+ + 3NO3-

M
=

n = 0,2 mol/l × 5
10-3
l

= 1
10-3
mol

·
Konsentrasi KSCN
KSCN
K+
+ SCN-

M
= 

n = 0,002 mol/l × 5
10-3
l

= 1
10-5
mol

Fe3+ + SCN-
FeSCN2+

m 1.10-3 1
10-5 - mol





s 99
10-5 - 1
10-5 mol


Vtotal = (5+5) mL
= 10 mL = 1
10-2
l

[FeSCN2+] = 

= 1
10-3
M

2)
Tabung 2
[FeSCN2+]
= Perbandingan tinggi × Konsentrasi standar
[FeSCN2+]
=0,63 × 0,001 M
= 0,00083 M
3)
Tabung 3
[FeSCN2+]
= Perbandingan tinggi × Konsentrasi standar
[FeSCN2+]
= 0,63 × 0,001 M
= 0,00063 M
4)
Tabung 4
[FeSCN2+]
= Perbandingan tinggi × Konsentrasi standar
[FeSCN2+]
= 0,42 × 0,001 M
= 0,00042 M
5)
Tabung 5
[FeSCN2+]
= Perbandingan tinggi × Konsentrasi standar
[FeSCN2+]
= 0,32 × 0,001 M
= 0,00032 M
b)
Konsentrasi
Kesetimbangan Fe3+
[Fe3+]
= [Fe3+] mula-mula – [FeSCN2+] setimbang
1)
Tabung 1
[Fe3+]
= 0,2 M – 0,001 M
= 0,199 M
2)
Tabung 2
[Fe3+]
= 0,08 M – 0,00083 M
= 0,079 M
3)
Tabung 3
[Fe3+] = 0,032 M – 0,00063 M
= 0,031 M
4)
Tabung 4
[Fe3+]
= 0,0128 M – 0,00042 M
= 0,012 M
5)
Tabung 5
[Fe3+]
= 0,00512 M – 0,00032 M
= 0,0048 M
c)
Konsentrasi
Kesetimbangan SCN-
[SCN-]
= [SCN-] mula-mula – [FeSCN2+] setimbang
1)
Tabung 1
[SCN-]
= 0,002 M – 0,001 M
= 0,001 M
2)
Tabung 2
[SCN-]
= 0,002 M – 0,00083 M
= 0,00117 M
3)
Tabung 3
[SCN-]
= 0,002 M – 0,00063 M
=
0,00137 M
4)
Tabung 4
[SCN-]
= 0,002 M – 0,00042 M
=
0,00158 M
5)
Tabung 5
[SCN-]
= 0,002 M – 0,00032 M
= 0,00168
M
4.
[Fe3+] [SCN-]
[FeSCN2+]
a.
Tabung 1
[Fe3+]
[SCN-] [FeSCN2+] =
0,001 M × 0,199 M × 0,001 M
= 199
× 10-9 M3
b.
Tabung 2
[Fe3+]
[SCN-] [FeSCN2+] =
0,00083 M × 0,079 M × 0,00117 M
= 76,7 × 10-9
M3
c.
Tabung 3
[Fe3+]
[SCN-] [FeSCN2+] =
0,00063 M × 0,031 M × 0,00137 M
= 26,7 × 10-9
M3
d.
Tabung 4
[Fe3+]
[SCN-] [FeSCN2+] =
0,00042 M × 0,012 M × 0,00158 M
= 7,96 × 10-9
M3
e.
Tabung 5
[Fe3+]
[SCN-] [FeSCN2+] =
0,00032 M × 0,0048 M × 0,00168 M
= 2,58 × 10-9
M3
5.

a.
Tabung 1


= 0,199 M
b.
Tabung 2


= 0,056 M
c.
Tabung 3


= 0,0142 M
d.
Tabung 4


= 0,00318 M
e.
Tabung 5


= 0,000914 M
6.

a.
Tabung 1


= 5,025 M-1
b.
Tabung 2


= 8,979 M-1
c.
Tabung 3


= 14,834 M-1
d.
Tabung 4


= 22,151 M-1
e.
Tabung 5


= 39,682 M-1
H.
PEMBAHASAN
Kesetimbangan
kimia merupakan proses dinamik. Ini dapat diibaratkan dengan gerak pemain ski
di suatu resor ski yang ramai, dalam hal tersebut jumlah pemain ski yang dibawa
ke atas gunung dengan menggunakan lift kursi sama dengan jumlah pemain ski yang
sedang turun berseluncur. Jadi, meskipun perpindahan pemain ski terus terjadi,
jumlah orang yang berada diatas gunung dan jumlah orang yang berada di bawah
gunung tidak berubah. Reaksi kesetimbangan kimia melibatkan zat-zat yang
berbeda antara reaktan dan produknya. Kesetimbangan antara dua fasa dari zat
yang sama dinamakan kesetimbangan fisis karena perubahan yang terjadi hanyalah
proses fisis. Penguapan air dalam wadah tertutup pada suhu tertentu disebut
kesetimbangan fisis (Chang, 2005: 66).
Percobaan
ini bertujuan untuk mempelajari cara menentukan tetapan kesetimbangan suatu
reaksi kimia sederhana. Berdasarkan percobaan dipelajari cara penentuan tetapan
kesetimbangan suatu reaksi kimia sederhana, dengan bentuk reaksinya :


Kesetimbangan
kimia terjadi ketika keadaan reaksi dapat balik saat laju terbentuknya reaktan
sama dengan laju terbentuknya produk dan konsentrasi reaktan dan produk dalam
keadaan konstan.
Prinsip dasar percobaan ini adalah
metode kolorimetri dan prinsip kerjanya adalah pengenceran. Kolorimetri berasal
dari kata color yang berarti warna dan metri yang berarti meter pengukuran.
Metode kolorimetri merupakan metode analisa kimia melalui pengukuran yang didasarkan
pada perbandingan intensitas warna larutan dengan warna larutan standarnya
dengan menggunakan sumber cahaya dan detektor mata.
Penentuan
kolorimetri didasarkan pada fakta bahwa intensitas dari suatu berkas cahaya
yang melalui larutan berwarna bergantung pada jumlah partikel berwarna yang ada
dalam berkas cahaya tersebut, sehingga intensitas cahaya berbanding lurus
dengan konsentrasi dari larutan dan panjangnya jalan berkas cahaya tersebut (Tim
Dosen, 2017: 14).
Pengenceran
merupakan proses pencampuran antara zat terlarut dengan zat pelarut dengan
tujuan untuk mengubah larutan yang pekat menjadi kurang pekat. Berdasarkan
percobaan telah dilakukan proses pengenceran yang ditandai dengan penambahan
aquades beberapa kali pada larutan Fe(NO3)3. Tujuan
pengenceran dalam percobaan ini adalah untuk membuat variasi konsentrasi
larutan agar mempermudah membandingkannya dengan larutan dalam tabung standar.
Proses pengenceran yang dilakukan secara terus menerus juga bertujuan untuk
mengetahui perubahan intensitas warna yang menunjukkan arah kesetimbangan
sehingga sistem kesetimbangan akan bergeser ke kiri apabila konsentrasi reaktan
dikurangi melalui pengenceran. Pengenceran tersebut mengakibatkan warna produk
yang dihasilkan menjadi lebih muda.
Pengenceran
tersebut menunjukkan keterkaitan antara intensitas warna larutan dengan
konsentrasi larutan. Ketika dilakukan proses pengenceran maka konsentrasi
larutan akan semakin menurun atau nilainya semakin kecil dan warna larutan yang
diperoleh menjadi lebih muda. Hal tersebut menunjukkan bahwa intensitas warna
larutan berbanding lurus dengan konsentrasi suatu larutan.
Proses
pengenceran tersebut mengakibatkan warna larutan yang diperoleh berbeda-beda.
Tabung kedua, larutan berwarna merah kecokelatan agak pekat, tabung ketiga
berwarna merah kecokelatan, tabung keempat berwarna merah kekuningan, dan
tabung kelima berwarna orange kecokelatan. Warna larutan pada tabung standar
atau tabung pertama yang tidak diencerkan berbeda dengan warna larutan yang
diencerkan, warna larutan dalam tabung pertama berwarna merah cokelat yang
pekat.
Selanjutnya
ketinggian larutan pada setiap tabung diukur menggunakan penggaris yang
bertujuan untuk mengetahui perbandingan tinggi larutan. Kegiatan pengukuran ini
diawali dengan membandingkan warna dari tabung standar dengan tabung 2, 3, 4,
dan 5 dengan cara melihat warna larutan dalam tabung dari atas ke bawah karena
intensitas warna akan lebih kecil apabila dilihat dari arah samping, hal ini
disebabkan oleh intensitas warna bergantung pada konsentrasi dan tinggi atau
dalamnya suatu larutan dan juga disebabkan karena saat melihat dari arah
samping akan muncul suatu pengaruh dari intensitas cahaya yang dibiaskan dari
kaca tabung. Melihat larutan dalam tabung reaksi dari atas kebawah juga menunjukkan
penerapan metode kolorimetri.
Saat
dilakukan perbandingan warna larutan dalam tabung standar dengan larutan dalam
tabung 2, 3, 4, dan 5 intensitas warnyanya tidak sama, maka larutan yang ada
dalam tabung standari dikeluarkan setetes demi setetes. Proses tersebut
bertujuan untuk membuat konsentrasi larutan pada tabung standar berkurang
sehingga kesetimbangan bergeser ke kanan dan warna larutan pada tabung standar
menjadi lebih muda sehingga dapat menyerupai warna larutan dalam tabung 2, 3,
4, dan 5, dalam hal ini larutan pada tabung 2, 3, 4, dan 5 menggunakan larutan
yang telah diencerkan.
Perbandingan
tinggi larutan yang diperoleh untuk tabung 1, 2, 3, 4 dan 5 berturut-turut
sebesar 1, 0,83, 0,63, 0,42, dan 0,32. Perbandingan tersebut menujukkan penurunan
nilai dari tabung 1 sampai 5. Perbandingan tersebut menujukkan adanya hubungan
antara konsentrasi larutan, warna larutan dengan tinggi atau dalamnya suatu
larutan. Berdasarkan percobaan semakin encer suatu larutan maka konsentrasinya
semakin rendah, saat intensitas warna tabung standar dibandingkan dengan warna
larutan pada tabung 2, 3, 4, dan 5 yang berisi larutan semakin encer
menunjukkan tinggi larutan pada tabung standar semakin rendah nilainya. Hal
tersebut berarti bahwa pada tabung 2, 3, 4, dan 5 yang konsentrasinya semakin
encer dengan tinggi tertentu akan sama intensitas warnanya dengan tabung
standar yang konsentrasinya konstan dengan tingginya yang semakin rendah jika
dibandingkan dengan tabung 2, 3, 4, dan 5.
Intensitas
warna tergantung pada konsentrasi dan tinggi larutan. intensitas warna berbanding
lurus dengan konsentrasi dan tinggi larutan, sedangkan konsentrasi larutan
berbanding terbalik dengan tinggi larutan. Hal tersebut sesuai dengan
persamaan:
Warna
k×c×d, dengan k, c, d berturut-turut adalah
tetapan, konsentrasi dan tinggi larutan (Tim Dosen Kimia Dasar, 2017: 15).

Tetapan kesetimbangan seuai teori
adalah:
K = 

Data hasil percobaan pada tabung 1-5 yang diperoleh dari
perhitungan jika menggunakan rumus teori tetapan kesetimbangan adalah
berturut-turut 5,025, 8,979, 14,834, 22,151, dan 39,682. Data tersebut
menunjukkan bahwa ketetapan atau konstanta kesetimbangan yang diperoleh tidak
sama, tidak tetap atau tidak konstan. Ketidaksamaan data yang diperoleh dengan
jarak yang cukup besar pada nilainya menunjukkan bahwa saat melakukan percobaan
terdapat beberapa kesalahan dan praktikan memiliki ketelitian yang kurang saat
percobaan seperti pada proses pengukuran larutan yang tidak tepat, proses
pengenceran menggunakan volume yang kurang tepat akibat kesalahan dalam
mengamati miniskus yang menjadi batas, kurang cermat dalam mengamati dan
membandingkan warna larutan serta kurang ketelitian saat mengukur tinggi
larutan.
I.
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan
Cara
menentukan tetapan kesetimbangan suatu reaksi kimia sederhana dapat menggunakan
metode kolorimetri dengan prinsip dasar percobaannya adalah pengenceran.
Tetapan kesetimbangan pada percobaan yaitu:
K = 

Data
hasil percobaan pada tabung 1-5 yang diperoleh dari perhitungan jika
menggunakan rumus teori tetapan kesetimbangan adalah berturut-turut 5,025,
8,979, 14,834, 22,151, dan 39,682.
2.
Saran
a.
Saat melakukan
kegiatan percobaan mahasiswa perlu memastikan kelengkapan alat dan bahan serta
mengenali fungsi alat dan bahan yang akan digunakan.
b.
Saat melakukan
kegiatan percobaan mahasiswa perlu secara teliti mengukur atau menakar jumlah
zat yang digunakan dan diperlukan keterampilan dalam penggunaan alat untuk
mencegah kegagalan dan kecacatan dalam hasil pengamatan.
c.
Saat melakukan
kegiatan percobaan diperlukan kerja sama tim yang baik demi kelancaran dan
kesuksesan kegiatan percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Azora, Andriani. Hidayati, Nurlisa. Mohadi, Risfidian, dan
Lesbani, Aldes. 2013. Studi Adsorpsi Desorpsi Kation Besi(II) dengan Selulosa
Hasil Pemisahan dari Serbuk Kayu. Majalah
Ilmiah Sriwijaya. Vol. XXIV, No. 17: 55 & 57.
Chang, Raymond. 2005. Kimia
Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Darmin. Gunawan, Rahmat, dan Panggabean, Aman Sentosa. 2013.
Studi Komputasi Reaksi Adsorbsi Disosiasi Gas O2 pada Permukaan
Pt-Fe dengan Metode Teori Fungsi Kerapatan. Jurnal
Kimia Mulawarman. Vol. 10, No. 2: 64 & 66.
Nurhasni. Hendrawati, dan Saniyyah, Nubzah. 2014. Sekam Padi
untuk Menyerap Ion Logam Tembaga dan Timbal dalam Air Limbah. Jurnal Valensi. Vol. 4, No. 1: 133.
Sukarna, I Made. 2003. Kimia
Dasar 1 Edisi Revisi. Jakarta: JICA.
PERTANYAAN DAN JAWABAN
1.
Kombinasi mana A, B,
atau C yang menunjukkan harga konstanta hampir konstan? Bentuk tersebut dikenal
sebagai apa?
2.
Jelaskan pertanyaan
tersebut dengan kata-kata dengan mempergunakan pengertian zat yang bereaksi
(reaktan) dan hasil reaksi.
3.
Berikan penjelasan yang
lain apa sebabnya hubungan tersebut diatas?
Jawaban
1.
Kombinasi C. Bentuk
tersebut dikenal sebagai tetapan kesetimbangan kimia atau KC.
2.
Kesetimbangan kimia
yang dimaksud adalah hasil kali konsentrasi produk dipangkatkan koefisien
masing-masing dibagi dengan hasil kali konsentrasi reaktan dipangkatkan
koefisien masing-masing.
3.
Hubungan lainnya adalah
hubungan berdasarkan intensitas cahaya yang melalui larutan berwarna dan
bergantung pada jumlah partikel berwarna yang ada dalam jalan berkas cahaya
tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa intensitas cahaya berbanding lurus
dengan konsentrasi larutan dan panjang gelombang cahaya.
DOKUMENTASI
Kelima tabung reaksi diisi dengan
5 mL larutan KSCN 0,002 M, lalu tabung 1 ditambahkan dengan 5 mL larutan
Fe(NO3)3 .
|
Tabung reaksi 1 atau tabung
standar
5 mL KSCN + 5 mL Fe(NO3)3
|
||||||
Tabung reaksi 2
5 mL KSCN + 5 mL Fe(NO3)3
yang diencerkan
|
Tabung
reaksi 3
5 mL KSCN + 5 mL Fe(NO3)3
yang diencerkan
|
||||||
Tabung reaksi 4
5 mL KSCN + 5 mL Fe(NO3)3
yang diencerkan
|
Tabung reaksi 5
5 mL KSCN + 5 mL Fe(NO3)3
yang diencerkan
|
||||||
Bandingkan warna larutan dari tabung standar dengan tabung 2. Saat warna
tidak sama, larutan dalam tabung standar dikeluarkan setetes demi setetes
sampai intensitas warna sama. Bandingkan juga tabung standar dengan tabung
3, dengan tabung 4, dan dengan tabung 5.
|
Komentar
Posting Komentar