Laporan Kimia Dasar Lanjut, Identifikasi Gugus Fungsi
HALAMAN
PENGESEHAN
Laporan
Lengkap Kimia Dasar Lanjut dengan judul “Identifikasi
Gugus Fungsi” disusun oleh :
Kelompok : VI (enam)
Kelas :
Pendidikan Kimia A
Anggota kelompok :
1. Nirmalasari
2. Dian Fitrah Ardita R
3. Muh. Duriatsyah Putra
4. Ritasari
5. Aulia Annur
telah diperiksa dan
dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten, maka dinyatakan diterima.
Makassar, Mei 2017
Koordinator Asisten Asisten
Dwi
Kurniawan Dwi Kurniawan
NIM. 1413041006 NIM. 1413041006
Mengetahui,
Dosen
Penanggung Jawab
Dra.
Hj. Army Auliah, M.Si
NIP. 19640306 199203 2 001
A.
JUDUL PERCOBAAN
Identifikasi Gugus Fungsi
B.
TUJUAN PERCOBAAN
Adapun tujuan percobaan ini adalah
mempelajari sifat-sifat senyawa organik melalui identifikasi gugus fungsinya.
C.
LANDASAN TEORI
1.
Hidrokarbon jenuh
dan tak jenuh
Gugus fungsi berkaitan dengan senyawa-senyawa organik
seperti alkana, alkena, alkuna, alkohol, fenol, aldehid, keton, asam
karboksilat, dll. Alkana, alkena, alkuna tersebut termasuk dalam golongan
senyawa hidrokarbon. Ada tiga kelompok hidrokarbon yakni hidrokarbon jenuh, tak
jenuh, dan hidrokarbon aromatik. Pembagian tersebut berdasarkan pada jenis
ikatan karbon-karbon, hidrokarbon jenuh hanya mengandung ikatan tunggal
karbon-karbon. Hidrokarbon tak jenuh mengandung ikatan karbon-karbon ganda,
ganda dua dan ganda tiga. Hidrokarbon aromatik adalah kelompok khusus dari
senyawa siklik tak jenuh yang mempunyai struktur seperti benzena. Hidrokarbon
jenuh dapat berupa asiklik dan siklik yang disebut berturut-turut sebagai
alkana dan sikloalkana. Istilah alkana yang lain adalah parafin. Istilah ini
diturunkan dari lilin parafin, yaitu campuran hidrokarbon jenuh berantai panjang
(Rasyid, 2009: 31).
Senyawa hidrokarbon berkaitan dengan kondisi aerob
atau anaerob. Kebutuhan terhadap oksigen yang menentukan mengenai suatu proses
bersifat aerob atau anaerob. Senyawa hidrokarbon lebih mudah didegradasi pada
kondisi aerob sedangkan senyawa yang mengandung klor lebih mudah terdegradasi
pada kondisi anaerob (Zulkifli dan
Satriananda, 2006: 18).
Senyawa hidrokarbon seperti alkena merupakan salah
satu senyawa hidrokarbon tak jenuh yang tergolong dalam senyawa nonpolar.
Sifat-sifat fisikanya mirip dengan alkana. Pada temperatur kamar, alkena dengan
2-4 atom C berwujud gas, yang mengandung lebih dari 5 atom C berwujud cairan
dengan berat jenis kurang dari 1. Alkena tidak larut dalam air tetapi larut
dalam sesama alkena dalam pelarut-pelarut nonpolar dan etanol. Reaksi yang
paling umum terjadi pada alkena adalah reaksi adisi. Pereaksi-pereaksi yang
dapat mengadisi alkena seperti HBr, H2O
(katalis asam), Br2, dan H2 (katalis logam Pt/Ni). Dalam
kondisi tertentu alkena dapat mengalami
reaksi substitusi bersama dengan klor pada temperatur tinggi, juga dapat
mengalami polimerisasi, oksidasi, isomerisasi, dan alkilasi. Berapa cara
pembuatan alkena yakni melalui proses dehidrasi alkohol, dehidrohalogenasi
alkil halida, dehalogenasi dihalida visinal, dan cracking alkana. Hidrokarbon
tak jenuh bisa mengandung dua buah ikatan rangkap yang disebut alkadiena
(Parlan dan Wahjudi, 2003: 61).
Senyawa-senyawa hidrokarbon tersebut
memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh
hidrokarbon yang digunakan dalam kehidupan adalah bensin. Bensin merupakan
senyawa yang tersusun dari rantai hidrokarbon mulai C7 sampai C11
yang dapat mempunyai susunan rantai lurus maupun aromatik. Salah satu rumus
kimia bensin adalah heptana (C7H16). Dari rumus tersebut
kemungkinan vibrasi yang dapat terjadi adalah uluran dan tekukan C-H dari gugus
alkil
atau alkana, sedangkan dari rumus aromatik memberikan kemungkinan uluran C=C cincin
aromatik dan vibrasi dari gugus lain yang mungkin timbul. Bensin tersusun atas
rantai hidrokarbon sehingga dalam spektrum inframerah bensin akan muncul
berbagai macam penyerapan yang ditimbulkan oleh adanya ikatan karbon. Dalam
menentukan sifat-sifat dari kerangka karbon dalam molekul organik dengan
spektroskopi inframerah perlu diperhatikan bahwa gugus aromatik sangat mudah
dideteksi dari serapan C–C str dan C–H def, gugus alkena sangat mudah dideteksi
dari serapan C=C str kecuali jika aromatik juga ada. Alkana dapat dideteksi
dari serapan-serapan C–H str dan C–H def. Sedangkan alkuna sangat mudah
didetaksi dari serapan C≡C str dan C–H str (Anam,
dkk. 2007: 84).
Selain
hal tersebut ada juga beberapa aplikasi atau proses penggunanaan senyawa yang
mengandung gugus fungsi seperti bioplastik yang dibentuk dari polimer pati. Bioplastik
yang dibentuk dari polimer pati termodifikasi tersebut diperkirakan mengandung
gugus fungsi hidroksil (O-H). Gugus tersebut berikatan dengan hidrogen, alkana,
aldehid, ikatan hidrogen asam karboksilat, alkuna, ester, karboksil, alkenam
serta hidrokarbon (Harsojuwono, dkk. 2016: 102).
Menurut Parlan dan Wahjudi (2003: 53-56) ada beberapa
reaksi yang dapat terjadi pada senyawa hidrokarbon tak jenuh seperti alkena,
yaitu:
1.
Adisi Hidrogen
(Hidrogenasi)
Alkena jika direduksi dapat menghasilkan alkana.
Reaksi reduksi biasanya dilakukan dengan mereaksikan alkena dan gas hidrogen
dengan katalis logam-logam transisi (Pt, Pd, atau Ni). Reaksi ini termasuk
reduksi oleh hidrogen yang berlangsung dengan adanya katalis maka disebut
sebagai reduksi katalitik atau hidrogenasi katalitik.
2.
Adisi Diborana
(Hidroborasi)
Senyawa diborana (BH3)2 adalah
bentuk dari borana (BH3). Diborana dapat mengadisi dengan cepat pada
alkena dalam pelarut eter pada suhu kamar. Adisi diborana pada alkena terminal
(alkena dengan ikatan rangkap pada ujung rantai) menghasilkan alkilborana
primer.
3.
Adisi Nitrosil
Halida
Nitrosil halida (NOX) dapat mengadisi alkena dan
menghasilkan senyawa
nitrosol halida.
4.
Reaksi oksidasi
Alkena dapat dioksidasi oleh ion permanganat membentuk
glikol yaitu senyawa yang mempunyai dua gugus hidroksil yang terikat pada dua
atom karbon yang berdampingan. Untuk memperoleh glikol dengan rendemen yang
tinggi maka kondisi reaksi harus dikendalikan. Biasanya dilakukan dalam suasana
basa dan temperatur rendah. Reaksi ini digunakan untuk identifikasi adanya
ikatan rangkap. Jika larutan kalium permanganat yang berwarna ungu direaksikan
dengan alkena maka warna ungu akan hilang dan terbentuk MnO2 yang berupa
endapan cokelat.
5.
Adisi Ozon
(Ozonolisis)
Jika ozon mengadisi pada alkena akan terbentuk zat
berstruktur siklik, molozonida yang segera berubah menjadi ozonida. Apabila
ozonida dihidrolisis terjadi reaksi pemaksapisahan ikatan rangkap dan
menghasilkan molekul-molekul yang lebih kecil.
6.
Polimerisasi
Polimerisasi adalah reaksi penggabungan sejumlah
molekul monomer yang menghasilkan polimer berat. Polimerisasi pada alkena
disebut polimerisasi adisi yang ditandai dengan adanya pembentukan molekul lain
selain polimer. Contoh dari polimerisasi seperti pembentukan polietilena dan
etilena (etena).
Benzena termasuk dalam senyawa
hidrokarbon aromatik. Wangi-wangian atau senyawa aromatik mempunyai struktur
yang relatif sederhana. Banyak diantaranya mengandung 6 unit karbon yang tidak
berubah sekalipun melalui bermacam-macam tahap reaksi. Senyawa aromatik adalah
senyawa yang mengandung orbital delokal yang berbentuk cincin. Banyaknya
elektron yang terlihat dalam orbital delokal
harus tunduk pada rumus
elektron = 4n+2.
Benzena memiliki orbital delokal berbentuk cincin. Banyaknya
elektron adalah 6, hal tersebut menunjukkan
bahwa sistem delokal benzena adalah sistem aromatik karena mengikuti rumus 4n+2
untuk n = 1 (Rasyid, 2009: 85-86).
2.
Alkohol dan Fenol
Selain senyawa hidrokarbon terdapat
pula alkohol dan fenol yang tergolong dalam senyawa organik. Alkohol memiliki sifat fisika berupa makin
tinggi berat molekul alkohol maka makin tinggi pula titik didih dan
viskositasnya. Alkohol yang mengandung 12 atau lebih atom C berupa zat padat
yang tidak berwarna. Alkohol monohidroksi suku rendah (1 sampai 4 atom C)
berupa cairan yang tidak berwarna dan dapat larut dalam air dengan segala
perbandingan. Kelarutan alkohol dalam air makin rendah bila rantai hidrokarbonnya
makin panjang (Parlan dan Wahjudi, 2003: 125).
Alkohol memiliki gugus –OH. Struktur
alkohol dapat diindikasikan melalui kedudukan suatu serapan. Serapan C-O
bergabung dengan vibrasi rentang C-C yang berdekatan maka kedudukan serapan
tersebut akan mengindikasikan
adanya struktur
alkohol primer, sekunder, dan tersier. Selain mengindikasikan hal tersebut juga
akan mengindikasikan adanya senyawa fenolat (Yuanita, 2009: 52).
Alkohol berkaitan dengan produk
oksidasi d-sorbitol yang pita serapannya mengalami pelebaran. Pelebaran
tersebut menandakan bahwa ada gugus OH alkohol sekunder dan OH karboksilat yang
tumpang tindih dengan asam glukarat. Melebarnya puncak serapan disebabkan oleh
adanya ikatan hidrogen pada regangan OH antar molekul karena produk asam glukarat
yang dihasilkan berupa larutan pekat berbentuk gel (Andriayani dan Raja, 2007:
2).
Alkohol
dapat mengalami suatu reaksi yang salah satunya adalah reaksi dehidrasi
alkohol. Reaksi dehidrasi alkohol menggunakan katalis bentonit terpilar alumina
dapat terjadi melalui reaksi intermolekuler maupun intramolekuler. Reaksi
intermolekuler maupun intramolekuler. Reaksi intermolekuler terjadi pada suhu
relatif lebih rendah dan molekul air dihasilkan dari dua reaksi molekul
alkohol. Hasil reaksi dehidrasi alkohol intermolekuler adalah suatu eter
sedangkan reaksi intramolekuler menghasilkan alkena. Reaksi dehidrasi alkohol
berlangsung
karena adanya
interaksi antara katalis dengan alkohol (Lubis, 2007: 80).
Selain alkohol dikenal juga fenol. Struktur
fenol tidak memiliki gugus penyebab timbulnya warna sehingga senyawanya tidak
berwarna. Golongan fenol mudah sekali teroksidasi dan memberikan hasil oksidasi
yang berwarna. Fenol memiliki tingkat keasaman yang lebih tinggi dibandingkan
alkohol disebabkan oleh adanya stabilisasi resonansi pada ion fenoksida. Pada
ion etoksida, muatan negatif terlokalisasi pada atom oksigen. Pada ion
fenoksida muatan negatif terdelokalisasi pada posisi orto dan para dalam cincin
benzena. Delokalisasi muatan ini mengakibatkan stabilitas ion fenoksida lebih
besar daripada ion etoksida maka kestabilan yang lebih besar itulah yang
menyebabkan fenol lebih kuat keasamannya daripada etanol (Parlan dan Wahjudi,
2003: 142-143).
3.
Aldehid dan Keton
Selain senyawa tersebut terdapat
juga senyawa organik lain yakni aldehid, keton, dan asam karboksilat. Aldehid
dan keton memiliki struktur dan reaksi yang menyangkut gugus fungsi penting
dalam kimia organik yaitu gugus karbonil (C=O), gugus tersebut juga dimiliki
oleh asam karboksilat, ester, dan turunannya. Aldehid mempunyai paling sedikit
satu atom hidrogen yang melekat pada gugus karbonil dan gugus lain dapat berupa
gugus hidrogen, alkil, atau aril. Aldehid dapat berbentuk gas, mudah
berpolimerisasi, berguna sebagai disinfektan, digunakan sebagai pelarut,
dll. Pada keton, karbon atom karbonil
dihubungkan dengan dua atom karbon lain (Rasyid, 2009: 143 dan 146).
Aldehid dan keton
memiliki beberapa penerapan atau penggunaannya pada kehidupan manusia.
Penggunaan aldehid yaitu dalam proses pembuatan minyak atsiri. Senyawa aldehid,
monoterpen, seskuiterpen dan ester merupakan senyawa penyusun minyak atsiri dan mudah menguap (Wartini, dkk. 2015:
20).
4.
Asam karboksilat
Asam karboksilat memiliki gugus
fungsi karboksil (-COOH) yang namnya
diperoleh dari
nama dua gugus penyusunnya yaitu gugus karbonil (-C=O) dan gugus alkohol (-OH).
Dalam asam karboksilat gugus –COOH terikat pada gugus alkil (R-) atau gugus
aril (Ar-). Meskipun yang mengikat gugus –COOH dapat
berupa gugus
alifatik atau aromatik, jenuh atau tak jenuh, tersubstitusi atau tidak
tersubstitusi, sifat yang diperlihatkan oleh gugus –COOH tersebut pada dasarnya
sama. Selain terdapat asam yang mengandung sebuah gugus karboksil (asam
monokarboksilat), diketahui juga adanya asam yang memiliki dua buah gugus
karboksil (asam dikarboksilat), dan tiga buah gugus karboksil (asam
trikarboksilat). Perbedaan banyaknya gugus –COOH tidak mengakibatkan perubahan
sifat kimia yang mendasar (Parlan dan Wahjudi, 2003: 186).
D.
ALAT DAN BAHAN
1.
Alat
a.
Tabung reaksi 9
buah
b.
Rak tabung reaksi 1 buah
c.
Pipet tetes 10
buah
d.
Pembakar spiritus 1 buah
e.
Kaki tiga 1
buah
f.
Kasa asbes 1
buah
g.
Lap kasar 1
buah
h.
Lap halus 1 buah
i.
Stopwatch 1
buah
j.
Gelas ukur 10 mL 1 buah
k.
Gelas kimia 500 mL 1 buah
l.
Penjepit tabung 2 buah
2.
Bahan
a.
Sikloheksena (C6H10)
b.
Benzena (C6H6)
c.
Larutan kalium
permanganat 1% (KMnO4)
d.
Etanol 95% (C2H5OH)
e.
Fenol pekat (C6H5OH)
f.
Larutan natrium
hidroksida 2 M (NaOH)
g.
Larutan asam klorida
pekat (HCl)
h.
Fenol 5% (C6H5OH)
i.
Larutan besi (III)
klorida 0,2 M (FeCl3)
j.
Reagent fehling biru
k.
Asetaldehid (C2H4O)
l.
Aseton (C3H6O)
m. Asam asetat 0,1 M (CH3COOH)
n.
Aquades
o.
Tissu
p.
Korek kayu
E.
PROSEDUR KERJA
1.
Hidrokarbon jenuh dan
tidak jenuh
a.
2 tabungreaksi
disiapkan.
b.
5 tetes sikloheksena dan
5 tetes benzena dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi.
c.
7 tetes larutan KMnO4
ditambahkan ke dalam masing-masing tabung reaksi.
d.
Kedua tabung reaksi tersebut
digoyangkan selama 2 menit dan hal yang terjadi diamati.
2.
Alkohol dan fenol
a.
Reaksi dengan NaOH
1)
2 tabung reaksi
disiapkan.
2)
1 mL etanol dan 1 mL
fenol pekat dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi.
3)
10 tetes NaOH
ditambahkan ke dalam masing-masing tabung reaksi, kedua tabung reaksi
digoyangkan setiap penambahan 1 tetes NaOH dan hal yang terjadi diamati.
4)
5 tetes HCl pekat ditambahkan
ke dalam tabung reaksi 2 yang berisi fenol pekat dan hal yang terjadi diamati.
b.
Reaksi dengan FeCl3
1)
2 tabung reaksi
disiapkan.
2)
1 mL etanol dan 1 mL
fenol 5% dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi.
3)
5 tetes FeCl3 0,2
M ditambahkan ke dalam masing-masing tabung reaksi.
4)
Warna larutan pada
tabung 1 dan 2 dibandingkan dan hasilnya dicatat.
3.
Aldehid dan keton
a.
2 tabung reaksi
disiapkan.
b.
2 mL reagent fehling
biru dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi.
c.
5 tetes asetaldehid
ditambahkan ke dalam tabung reaksi 1 dan 5 tetes aseton ditambahkan ke dalam
tabung reaksi 2.
d.
Kedua tabung reaksi
dipanaskan di atas penangas air.
e.
Perubahan yang terjadi
diamati dan dicatat.
4.
Asam karboksilat
a.
5 mL CH3COOH
0,1 M dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
b.
5 mL etanol 95%
ditambahkan ke dalam tabung reaksi tersebut.
c.
Hal yang terjadi
diamati.
d.
5 mL NaOH 2 M
ditambahkan lagi ke dalam tabung reaksi tersebut dan hal yang terjadi diamati.
F.
HASIL PENGAMATAN
1.
Hidrokarbon jenuh dan
tak jenuh
Tabung
|
Keadaan
mula-mula
|
Perubahan
yang terjadi
|
Benzena
|
Larutan berwarna
bening
|
Larutan menjadi warna
ungu
|
Sikloheksena
|
Larutan berwarna
bening
|
Larutan menjadi warna
cokelat
|
2. Alkohol dan fenol
a. Reaksi dengan NaOH
|
Tabung ke-1
Etanol
|
Tabung ke-2
Fenol pekat
|
Keadaan mula-mula
|
Larutan
berwarna bening
|
Larutan berwarna merah
|
Perubahan yang terjadi
1. Ditambah
NaOH
|
Larutan
berwarna bening atau tidak berubah
|
Larutan
berwarna merah
|
2. Ditambah
HCl
|
-
|
Larutan
berwarna merah keruh
|
b. Reaksi dengan FeCl3
|
Keadaan mula-mula
|
Perubahan yang terjadi
|
Tabung ke-1 (etanol)
|
Larutan
berwarna bening
|
Warna
larutan berubah menjadi kuning bening
|
Tabung ke-2 (fenol)
|
Larutan
berwarna bening
|
Warna
larutan berubah menjadi ungu muda
|
c. Aldehid dan keton
Tabung ke-
|
Keadaan mula-mula
|
Perubahan yang terjadi
|
1. Asetaldehid
+ Fehling
|
Larutan
berwarna biru dan terbentuk dua lapisan
|
Larutan
berwarna cokelat pekat dan pada bagian bawah terdapat endapan merah bata
|
2. Aseton
+ Fehling
|
Larutan
berwarna biru
|
Larutan
menjadi biru bening
|
d. Asam karboksilat
Reaksi dengan
|
Keadaan mula-mula
|
Perubahan yang terjadi
|
Etanol
|
Larutan
berwarna bening
|
Larutan
nampak bening
|
NaOH
|
Larutan
berwarna bening
|
Larutan
berwarna bening dari sebelumnya, dan terdapat gelembung serta tabung terasa
panas
|
G.
PEMBAHASAN
Gugus
fungsi adalah sekelompok atom yang menyebabkan perilaku kimia molekul induk. Molekul
berbeda yang mengandung gugus fungsi yang sama mengalami reaksi yang serupa.
Senyawa organik dapat digolongkan berdasarkan gugus fungsi yang dikandungnya.
Gugus fungsi dapat dibedakan menjadi alkohol, eter, aldehid dan keton, asam
karboksilat, dan amina (Chang, 2005: 332).
Percobaan
ini bertujuan untuk mempelajari sifat-sifat senyawa organik melalui
identifikasi gugus fungsinya.
1.
Hidrokarbon jenuh dan
tak jenuh
|
|
Sikloheksena + KMnO4
|
Sikloheksena
|
b.
|
Benzena + KMnO4
|
|
Benzena
|
Hidrokarbon merupakan senyawa yang terbuat hanya dari
hidrogen dan karbon. Semua senyawa organik merupakan turunan golongan senyawa
hidrokarbon. Alkana, alkena, alkuna
termasuk dalam golongan senyawa hidrokarbon. Ada tiga kelompok hidrokarbon
yakni hidrokarbon jenuh, tak jenuh, dan hidrokarbon aromatik. Pembagian
tersebut berdasarkan pada jenis ikatan karbon-karbon, hidrokarbon jenuh hanya
mengandung ikatan tunggal karbon-karbon. Hidrokarbon tak jenuh mengandung
ikatan karbon-karbon ganda, ganda dua dan ganda tiga. Hidrokarbon aromatik
adalah kelompok khusus dari senyawa siklik tak jenuh yang mempunyai struktur
seperti benzena (Rasyid, 2009: 31).
Pengujian terhadap senyawa
hidrokarbon jenuh dan tak jenuh dilakukan dengan cara mereaksikan senyawa
hidrokarbon berupa sikloheksena dan benzena dengan larutan KMnO4.
Tujuan pengujian atau percobaan ini adalah untuk mengindentifikasi terjadinya reaksi
senyawa hidrokarbon.
a.
Pada gambar a
terdapat sikloheksena yang berupa larutan bening, tidak berwarna. Sikloheksena
adalah salah satu senyawa alkena berbentuk siklik atau rantai tertutup yang
memiliki enam atom karbon. Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan sikloheksena
(larutan tidak berwarna) dengan larutan KMnO4 (larutan berwarna
ungu). Fungsi penambahan larutan KMnO4 adalah untuk mengadisi ikatan
rangkap yang terdapat pada sikloheksena dan KMnO4 berperan sebagai
oksidator, reaksi adisi tersebut berlangsung ditandai dengan perubahan warna
yang terjadi. Berdasarkan percobaan, larutan sikloheksena yang semula berwarna
bening setelah ditambahkan dengan larutan KMnO4 yang berwarna ungu
mengalami perubahan warna menjadi larutan berwarna cokelat. Perubahan warna tersebut
menujukkan bahwa sikloheksena telah bereaksi dengan larutan KMnO4 sehingga
dapat dikatakan bahwa sikloheksena telah mengalami pemutusan ikatan rangkap.
Percobaan ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa hidrokarbon tidak jenuh seperti alkena jika direaksikan dengan KMnO4,
umumnya mengalami reaksi adisi yang ditandai dengan hilangnya warna pada
larutan KMnO4 (Tim Dosen, 2017: 19).
Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan bahwa
sikloheksena termasuk senyawa hidrokarbon tak jenuh karena dapat mengalami
reaksi adisi yang berarti memiliki ikatan rangkap atau ikatan karbon-karbon
ganda yang dapat diputuskan. Sikloheksena yang bereaksi dengan KMnO4
membentuk suatu glikol atau senyawa yang memiliki dua gugus hidroksil
bersebelahan. Saat reaksi berlangsung warna ungu dari ion permanganat
digantikan oleh warna cokelat dari mangan dioksida (MnO2). Adapun
reaksi yang terjadi:
b.
Pada gambar b terdapat
benzena yang berupa larutan bening, tidak berwarna. Benzena adalah molekul
segienam datar dengan atom-atom karbon yang terletak pada keenam sudutnya
(Chang, 2005: 346). Percobaan ini
dilakukan dengan mereaksikan benzena (larutan tidak berwarna) dengan larutan
KMnO4 (larutan berwarna ungu). Fungsi penambahan larutan KMnO4 adalah
untuk mengadisi ikatan rangkap yang terdapat pada benzena dan KMnO4 berperan
sebagai oksidator, reaksi adisi tersebut berlangsung ditandai dengan perubahan
warna yang terjadi. Berdasarkan percobaan, larutan benzena yang semula berwarna
bening setelah ditambahkan dengan larutan KMnO4 yang berwarna ungu
menunjukkan perubahan warna menjadi larutan berwarna ungu. Perubahan warna
tersebut diperoleh dari warna larutan KMnO4 yang pada dasarnya
berwarna ungu sehingga tidak dapat dikatakan bahwa benzena dapat diadisi oleh
KMnO4. Benzena sukar diadisi karena ikatan rangkap dua karbon-karbon
dalam benzena dapat terdelokalisasi (berpindah-pindah) dan membentuk cincin
yang kuat terhadap serangan KMnO4, sehingga sulit untuk dioksidasi.
Percobaan ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa reaksi adisi sulit terjadi pada senyawa aromatik (benzena) karena benzena
mengalami reaksi adisi yang karakteristik melalui reaksi substitusi dan
biasanya diperlukan kondisi yang lebih drastis misalnya konsentrasi, temperatur
lebih tinggi dan dengan katalis yang lain (Tim Dosen, 2017: 19). Adapun
persamaan reaksinya:
2.
Alkohol dan fenol
Reaksi dengan NaOH
a.
|
|
v
Etanol
|
|
Fenol + NaOH + HCl
|
Fenol
|
|
Etanol + NaOH
|
b.
Alkohol memiliki gugus –OH. Alkohol
yang mengandung 12/lebih atom C berupa zat padat tidak berwarna sedangkan
alkohol monohidroksi suku rendah (1 sampai 4 atom C) berupa cairan tidak
berwarna dan dapat larut dalam air dalam segala perbandingan seperti etanol.
Fenol memiliki gugus –OH yang terikat pada cincin benzena. Struktur fenol tidak
memiliki gugus penyebab timbulnya warna sehingga senyawanya tidak berwarna (Parlan
dan Wahjudi, 2003: 125 dan 142).
Percobaan pada alkohol dan fenol dilakukan dengan cara
mereaksikan etanol dengan NaOH dan mereaksikan fenol pekat dengan NaOH lalu
ditambahkan dengan HCl pekat. Tujuan percobaan ini adalah untuk menguji tingkat
keasaman senyawa alkohol dan fenol. NaOH digunakan dalam percobaan karena
tergolong basa kuat dan merupakan larutan alkali sehingga dapat bertindak
sebagai pereaksi.
a.
Pada gambar a
terdapat etanol yang berupa larutan bening. Etanol merupakan salah satu senyawa
alkohol yang memiliki bentuk ikatan rantai terbuka. Saat etanol direaksikan
dengan NaOH, larutan etanol yang semula bening setelah ditambahkan dengan
larutan NaOH tidak mengalami perubahan warna atau larutannya tetap bening. Hal
tersebut menunjukkan bahwa etanol tidak bereaksi dengan NaOH karena proton pada
alkohol sulit dilepaskan sehingga tidak memungkinkan reaksi terjadi.
Alkohol termasuk asam yang sangat lemah bahkan lebih
lemah daripada air (alkoksida lebih basa dibandingkan dengan hidroksida)
sehingga saat alkoksida ditambahkan ke dalam air maka akan terhidrolisis
menjadi alkohol. Hal tersebut mengakibatkan alkohol tidak mudah berubah menjadi
alkoksidanya melalui reaksi dengan NaOH (Rasyid, 2009: 129). Adapun persamaan
reaksinya:
Percobaan tersebut sesuai dengan teori bahwa alkohol mempunyai
keasaman 10-100 kali lebih lemah dari air, derajat ionisasi air yakni 10-14 sedangkan alkohol
adalah 10-15 – 10-16.
Alkohol bereaksi dengan logam
seperti natrium dengan membebaskan hidrogen dan membentuk alkoksida. Jika alkoksida
ditambahkan kedalam air maka ia akan terhidrolisis menjadi alkohol sehingga tidak
mudah mengubah alkohol menjadi alkoksidanya melalui reaksinya dengan natrium
hidroksida (Rasyid, 2009: 129).
b.
Pada gambar b terdapat fenol
yang berupa larutan berwarna merah. Fenol merupakan senyawa yang memiliki gugus
–OH yang terikat pada cincin benzena. Saat fenol direaksikan dengan NaOH,
larutan fenol yang semula berwarna merah setelah ditambahkan dengan NaOH tidak
mengalami perubahan warna. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori karena
menurut teori fenol dapat bereaksi dengan NaOH ditandai dengan terjadinya
perubahan warna dari merah menjadi larutan bening. Percobaan yang tidak sesuai
teori tersebut disebabkan oleh kurangnya ketelitian praktikan dalam menakar
volume larutan yang digunakan dan juga adanya air yang tersisa dalam tabung
reaksi setelah pencucian karena tidak dikeringkan secara tuntas. Fenol bersifat
asam lemah yang dapat bereaksi dengan basa kuat seperti NaOH dan membentuk garam
yang larut dalam air (Parlan dan Wahjudi, 2003: 144).
Fenol dapat bereaksi dengan NaOH karena proton yang terikat pada
fenol lebih mudah lepaskan karena fenol merupakan turunan dari benzena yang
mengalami reaksi substitusi.
Adapun persamaan
reaksinya:
Berdasarkan percobaan saat
fenol pekat ditambahkan dengan NaOH lalu ditambahkan lagi dengan HCl pekat,
larutan yang semula berwarna merah berubah menjadi larutan berwarna merah
keruh. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa saat larutan
yang telah terbentuk (terbentuk dari reaksi antara fenol dan NaOH) direaksikan
dengan HCl pekat maka akan terjadi perubahan yang ditandai dengan terbentuknya
dua lapisan, pada lapisan bagian atas berwarna putih sedangkan pada bagian
bawah berwarna merah. Adapun reaksi yang seharusnya terjadi:
Fenol
memiliki tingkat keasaman yang lebih tinggi dibandingkan alkohol disebabkan
oleh adanya stabilisasi resonansi pada ion fenoksida. Pada ion etoksida, muatan
negatif terlokalisasi pada atom oksigen. Pada ion fenoksida muatan negatif
terdelokalisasi pada posisi orto dan para dalam cincin benzena. Delokalisasi
muatan ini mengakibatkan stabilitas ion fenoksida lebih besar daripada ion
etoksida maka kestabilan yang lebih besar itulah yang menyebabkan fenol lebih
kuat keasamannya daripada etanol (Parlan dan Wahjudi, 2003: 143).
Reaksi dengan FeCl3
a.
|
Etanol + FeCl3
|
|
Fenol
|
|
Fenol + FeCl3
|
|
Etanol
|
b.
Alkohol memiliki gugus –OH. Alkohol yang mengandung 12
atau lebih atom C berupa zat padat tidak berwarna sedangkan alkohol
monohidroksi suku rendah (1sampai 4 atom C) berupa cairan tidak berwarna dan
dapat larut dalam air dalam segala perbandingan seperti etanol. Fenol memiliki
gugus –OH yang terikat pada benzena. Struktur fenol tidak memiliki gugus
penyebab timbulnya warna sehingga senyawanya tidak berwarna (Parlan dan
Wahjudi, 2003: 125 dan 142).
Percobaan pada
alkohol dan fenol dilakukan dengan cara mereaksikan etanol dengan FeCl3
dan mereaksikan fenol 5% dengan FeCl3. Tujuan percobaan ini adalah
untuk mengidentifikasi senyawa alkohol dan fenol berdasarkan kereaktifannya.
Penggunaan FeCl3 merupakan metode umum yang digunakan untuk
mendeteksi adanya gugus fenolik.
a.
Pada gambar a
terdapat etanol yang berupa larutan bening. Etanol adalah salah
satu
senyawa alkohol yang memiliki bentuk ikatan rantai terbuka. Saat etanol
ditambahkan dengan FeCl3, larutan etanol yang semula bening berubah menjadi
larutan berwarna kuning bening. Hal ini menunjukkan bahwa etanol adalah larutan
alkali (basa kuat) yang tidak memiliki cincin yang mampu beresonansi dan merupakan
senyawa alifatis yang tidak dapat bereaksi dengan FeCl3. Adapun
persamaan reaksinya:
b.
Pada gambar b
terdapat fenol 5% yang berupa larutan bening. Fenol merupakan senyawa yang
memiliki gugus –OH yang terikat pada cincin benzena. Saat fenol 5% ditambahkan dengan FeCl3,
larutan fenol yang semula bening berubah menjadi larutan berwarna ungu muda.
Hal tersebut menunjukkan bahwa fenol dapat bereaksi dengan FeCl3. Fenol
mengandung gugus –OH yang terikat pada suatu karbon tak jenuh sehingga dapat
menghasilkan senyawa kompleks. Fenol yang mengandung gugus –OH yang terikat
pada cincin aromatik dapat terdelokalisasi pada posisi orto dan para pada
cincin benzena melalui resonansi sehingga fenol dapat lebih mudah bereaksi
dengan FeCl3. Adapun persamaan reaksinya:
3.
Aldehid dan keton
a.
|
|
Fehling + Asetaldehid
|
Fehling + Aseton
|
|
|
Fehling + Asetaldehid + dipanaskan
|
Fehling + Asetaldehid + dipanaskan
|
b.
Aldehid dan keton memiliki struktur
dan reaksi yang menyangkut gugus fungsi penting dalam kimia organik yaitu gugus
karbonil (C=O). Aldehid mempunyai paling sedikit satu atom hidrogen yang
melekat pada gugus karbonil dan gugus lain dapat berupa gugus hidrogen, alkil
atau aril. Pada keton, karbon atom karbonil dihubungkan dengan dua atom karbon
lain (Rasyid, 2009: 143).
Percobaan pada aldehid dan keton
dilakukan dengan cara mereaksikan fehling dengan asetaldehid yang termasuk
golongan aldehid dan mereaksikan fehling dengan aseton yang termasuk golongan
keton. Tujuan percobaan ini adalah untuk membedakan antara senyawa aldehid dan
keton melalui proses pembentukan endapan merah bata.
a.
Pada gambar a
terdapat asetaldehid yang telah dicampurkan dengan fehling yang berupa larutan
berwarna biru. Asetaldehid merupakan senyawa aldehid dengan rumus senyawa C2H4O. Saat larutan fehling yang telah
ditambahkan dengan asetaldehid dipanaskan, larutan yang semula berwarna biru
berubah menjadi larutan berwarna cokelat pekat yang pada bagian bawahnya
terdapat endapan merah bata. Proses pemanasan dilakukan dengan tujuan untuk
mempercepat proses reaksi kimia.
Hasil percobaan tersebut menunjukkan
bahwa percobaan ini sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa aldehid akan
mereduksi tembaga dalam kompleks Cu (II) (reagen fehling) berwarna biru
menghasilkan endapan tembaga (I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah bata (Tim Dosen, 2017: 21).
Aldehid
dapat bereaksi dengan fehling biru karena atom H pada gugus aldehid dapat
dengan mudah terlepas sehingga memungkinkan terjadinya reaksi.
Adapun
persamaan reaksinya:
b.
Pada gambar b terdapat aseton
yang telah dicampurkan dengan fehling yang berupa larutan berwarna biru. Aseton
merupakan senyawa keton dengan rumus senyawa C3H6O. Saat
larutan fehling yang telah ditambahkan dengan aseton dipanaskan, larutan yang
semula berwarna biru tidak mengalami perubahan dan tetap berupa larutan
berwarna biru.
Hasil percobaan tersebut menunjukkan
bahwa percobaan ini sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa keton yang
sederhana tidak menjalankan reaksi dengan reagen fehling yang berwarna biru
(Tim Dosen, 2017: 21).
Aseton
tidak dapat bereaksi dengan fehling biru karena atom H pada gugus aseton sulit
untuk dilepaskan sehingga tidak memungkinkan terjadinya reaksi.
Adapun
persamaan reaksinya:
4.
Asam karboksilat
a.
|
Asam asetat
|
|
Asam asetat + etanol
|
|
Asam asetat + etanol + NaOH
|
|
Asam asetat + etanol
|
b.
Asam karboksilat memiliki gugus
fungsi karboksil (-COOH) yang namanya diperoleh dari nama 2 gugus penyusunnya
yaitu gugus karbonil (-C=O) dan gugus alkohol (-OH). Dalam asam karboksilat
gugus -COOH terikat pada gugus alkil (-R) atau gugus aril (Ar-). Meskipun yang
mengikat gugus –COOH dapat berupa gugus alifatik atau aromatik, jenuh atau tak
jenuh, tersubstitusi atau tidak tersubstitusi, sifat yang diperlihatkan oleh
gugus –COOH tersebut pada dasarnya sama (Parlan dan Wahjudi, 2003: 186).
Percobaan pada asam karboksilat
dilakukan dengan cara mereaksikan asam asetat dengan etanol lalu ditambahkan
dengan NaOH. Tujuan percobaan ini adalah untuk mengenal senyawa organik asam
karboksilat dan turunannya.
Pada gambar diatas terdapat larutan berupa
asam asetat berwarna bening. Setelah asam asetat tersebut ditambahkan dengan
etanol, asam asetat yang semula
bening
tidak mengalami perubahan. Perubahan warna yang tidak terjadi menujukkan bahwa
asam asetat tidak bereaksi dengan etanol. Hal tersebut tidak sesuai dengan
teori yang menjelaskan bahwa asam karboksilat dapat bereaksi dengan alkohol
membentuk ester dan air (Tim Dosen, 2017: 22). Persamaan reaksi yang
seharusnya:
Ester yang terbentuk direaksikan
dengan NaOH. Penggunaan NaOH bertujuan untuk menguji kemampuan ester dapat
mengalami reaksi hidrolisis atau tidak. Berdasarkan percobaan, asam asetat yang
direaksikan dengan etanol lalu ditambahkan dengan NaOH telah mengalami
perubahan menjadi larutan yang lebih bening dibandingkan larutan awal. Hal
tersebut tidak sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa ester yang
direaksikan dengan NaOH tidak mengalami perubahan warna dan bau khas dari ester
akan menghilang. Hal tersebut dapat terjadi karena ester mengalami hidrolisis
dan menghasilkan garam karboksilat dan alkohol (Tim Dosen, 2017: 22). Adapun
persamaan reaksinya:
H.
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan
a.
Sikloheksena adalah
senyawa alkena dengan struktur rantai tertutup atau berbentuk siklik dan benzena
tergolong senyawa aromatik atau semyawa yang mengandung orbital delokal yang
berbentuk cincin.
b.
Sifat-sifat senyawa
organik seperti etanol dan fenol dapat diketahui melalui proses mereaksikan
etanol dan fenol dengan NaOH dan FeCl3. Etanol tidak bereaksi dengan
NaOH dan FeCl3 sehingga tingkat keasamannya lebih rendah dibanding
fenol dan kereaktifannya juga rendah dibanding fenol.
c.
Sifat-sifat senyawa
organik seperti aldehid dan keton dapat diketahui melalui
proses
reaksi dengan fehling biru. Aldehid dapat bereaksi dengan fehling biru
menghasilkan endapan merah bata sedangkan aseton tidak dapat bereaksi dengan
fehling biru.
d.
Sifat-sifat senyawa
asam karboksilat dapat diketahui melalui proses mereaksikan asam asetat dengan
etanol yang akan membentuk ester dan air, ester tersebut direaksikan dengan
NaOH maka terjadi reaksi hidrolisis yang akan menghasilkan garam ester dan
alkohol.
2.
Saran
a.
Saat melakukan
kegiatan percobaan mahasiswa perlu memastikan kelengkapan alat dan bahan serta
mengenali fungsi alat dan bahan yang akan digunakan.
b.
Saat melakukan
kegiatan percobaan mahasiswa perlu secara teliti mengukur atau menakar jumlah
zat yang digunakan dan diperlukan keterampilan dalam penggunaan alat untuk
mencegah kegagalan dan kecacatan dalam hasil pengamatan.
c.
Saat melakukan
kegiatan percobaan diperlukan kerja sama tim yang baik demi kelancaran dan
kesuksesan kegiatan percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Anam, Choirul. Sirojudin dan Firdausi, K Sofjan. 2007. Analisis
Gugus Fungsi pada Sampel Uji, Bensin dan Spiritus Menggunakan Metode
Spektroskopi FTIR. Jurnal Berkala Fisika.
Vol. 10, No.1: 83-84
Andriayani dan Raja, Saur Lumban. 2007. Oksidasi Sorbitol
Menggunakan Molekul Oksigen yang Diaktifasi Katalais Pd/
Al2O3 dalam Pelarut
Air. Jurnal Ris.Kim. Vol.1, No.1: 2.
Harsojuwono, Bambang Admadi. Arnata, I Wayan dan Mulyani, Sri.
2016. Profil Pembukaan dan Gugus Fungsi Bioplastik Pati Singkong Termodifikasi.
Jurnal Media Ilmiah Teknologi Pangan.
Vol.3, No.2: 102.
Lubis, Surya. 2007. Preparasi Bentonit Terpilar Alumina dari
Bentonit Alam dan Pemanfaatannya sebagai Katalis pada Reaksi Dehidrasi Etanol,
1-Propanol serta 2-Propanol. Jurnal
Rekayasa Kimia dan Lingkungan. Vol.6, No.2: 80.
Parlan dan Wahjudi. 2003. Kimia
Organik 1 Edisi Revisi. Jakarta: JICA.
Rasyid, Muhaidah. 2009. Kimia
Organik 1. Makassar: Badan Penerbit UNM.
Wartini, Ni Made. Putra, G.P Ganda dan Ina, Putu Timur. 2015.
Komposisi Kimia Absolut Minyak Atsiri Daun Pandan Wangi Hasil Perlakuan Curing.
Jurnal Media Ilmiah Teknologi Pangan.
Vol.2, No.1: 20.
Yuanita, Leny. 2009. Analisis Monomer Sakarida dan Gugus Fungsi
Kompleks Fe-Serat Pangan pada Perebusan Kondisi Asam. Jurnal Ilmu Dasar. Vol.10, No.1: 52.
Zulkifli dan Satriananda. 2006. Bioremediasi. Jurnal Reaksi. Vol.4, No.8: 18.
PERTANYAAN DAN JAWABAN
1.
Jelaskan pengertian
hidrokarbon jenuh dan tak jenuh. Berikan contoh masing-masing dua contoh dengan
nama IUPAC.
2.
Tuliskan gugus fungsi
alkohol, aldehid, keton dan asam karboksilat dan berikan masing-masing dua
contoh dengan nama IUPAC.
Jawaban
1.
Hidrokarbon jenuh
adalah senyawa karbon yang atom karbonnya mengikat empat atom atau gugus lain.
Atau rantai atom karbonnya mengandung ikatan tunggal. Contohnya : C3H8
(Propana) dan C4H10 (Butana).
Hidrokarbon
tak jenuh adalah senyawa yang rantai atom karbonnya mengandung ikatan rangkap,
ikatan rangkap dua atau ikatan rangkap tiga. Contohnya: C2H4
(Etena) dan C3H4 (Propuna).
2.
Gugus fungsi alkohol
adalah -OH
Contohnya:
C2H5OH (etanol) dan C3H7OH
(propanol).
Gugus
fungsi aldehid adalah -CHO
Contohnya:
C2H4O (asetaldehid) dan C3H6O
(propanaldehid).
Gugus
fungsi keton adalah -CO-
Contohnya:
C3H6O (2-propanon) dan C4H8O
(2-butanon)
Gugus
fungsi asam karboksilat adalah –COOH
Contohnya: CH3COOH
(asam etanoat) dan CH3CH2COOH (asam propanoat)
Komentar
Posting Komentar